Pertemuan dengan Dr. Rini Mahendra
/Saya sudah mendengar nama Dr. Rini beberapa kali dari beberapa teman. Lantaran minus JR, 8 tahun, menjadi minus 3, saya tergerak untuk segera bikin janji untuk bertemu Dr. Rini, seorang dokter mata khusus anak (pediatric opthalmologist).
Puji Tuhan saya dihubungi staf dari Dr. Rini (selang 2 hari saya telpon untuk bikin janji), untuk bertemu Dr. Rini 4 hari ke depan lantaran ada pasien yang cancel. Tentu aja langsung saya oke-in, apalagi sempet denger dari temen-temen kalo antrian tunggu bisa mingguan atau bulanan. Dapet antrian within a week is indeed a blessing.
Saya langsung menjadwalkan 2 bocah saya, JR dan JE untuk ketemu Dr. Rini. JR berusia 8 th, saat ini duduk di kelas 3 dan sudah pakai kacamata sejak kelas 1. JE, 6 tahun, tidak berkaca mata, tapi tetep saya bawa untuk konsul. Dengan kondisi saya minus 6, sepertinya 2 bocah harus rutin dibawa cek mata.
Begitu masuk ruangan konsul, terasa banget suasana yang ramah dari Dr. Rini. Ruangan konsulnya ada mainan banyaaakkk sekali. Beda sama beberapa dokter mata yang pernah saya temui sebelum-sebelumnya (apalagi dengan kondisi saya uda pake kaca mata 30 tahun, ketemu banyak dokter mata dan coba optik sana sini), Dr. Rini enak diajak ngobrol, menjawab apa adanya dan memberikan pendapat-pendapat baru — dari sisi seorang dokter mata, seorang nenek, seorang ibu dan juga pemerhati holistic wellness.
Kami ngobrol panjang, mulai dari berat badan anak, warna kulit anak yang seharusnya seperti apa, pemenuhan gizi, dan tentu aja yang utama: soal mata. Penjelasan yang paling menarik buat saya adalah ketika Dr. Rini membahas kondisi mata dikaitkan dengan postur tubuh. Dari hasil foto dan pemeriksaan, terlihat di mana kemiringan atau ketidaksesuaian posisi dan struktur wajah anak. Keliatan juga berapa derajat potensi juling, dibandingkan dengan derajat ideal yang harusnya diperlihatkan. Setiap anak difoto dan dari 8 pose keliatan titik miring ada di mana.
Dari hasil foto lalu Dr. Rini memberikan arahan, apa saja yang harus dilakukan. Mulai dari perbaikan gizi anak (supaya mata lebih sehat), terapi pijat di area mata dan sekitarnya (supaya aliran pembuluh darah lebih lancar — ada petunjuk lengkap dalam lembaran kertas), pemberian obat tetes (setiap anak beda, sesuai kebutuhan dan case masing-masing), sampe di kasus JR, perlu tes feses (kultur) dan alergi (diberikan surat rujukan apa yang musti di tes dan dokter rujukan selanjutnya). Apakah tes feses ada hubungannya dengan mata? Ada dong. Dari feses keliatan pencernaan seperti apa, jadi kalo ada problem pencernaan, segera diatasi supaya gizi bisa terserap baik dan mendukung kesehatan mata.
Ketemu Dr. Rini seperti hadiah akhir tahun buat saya pribadi. Pembicaraan dan arahan Dr. Rini memberikan pencerahan atas beberapa pertanyaan saya selama ini. Salah satunya soal mata silinder pada anak, perlu ga sih pake kaca mata? Soalnya saya pernah ketemu dokter mata yang pernah bilang, kalo silinder nya kecil, gapapa dihilangkan saja dari kaca mata. Ternyata faktor silindris itu berpengaruh pada posisi kepala anak pada saat ia melihat sesuatu. Tanpa sadar, mata silindrisnya “memaksa” anak untuk mengubah posisi kepala supaya terlihat lebih jelas. Ketika kondisi ini berjalan lama (bulanan/tahunan), mata anak bisa menjurus pada juling.
Pokonya para ortu yang feeling ada yang ga beres dengan mata anak, buruan deh bawa ke Dr. Rini. Antrinya memang panjang tapi untuk serious case, misalnya seperti mata minus besar di usia dini, bisa diprioritaskan. Udah antri panjang, kalo ga cocok, gimana?? — semua saran, pendapat dan arahan dari Dr. Rini kembali pada orang tua masing-masing untuk memutuskan apa yang hendak dilakukan. Saya yakin sebagai orang tua, kita pasti ingin yang terbaik untuk anak kita. Bagian kita sebagai orang tua, cari pendapat dan informasi sebanyak-banyaknya, lalu kita sesuaikan dengan kondisi anak.
Buat para orang tua yang masih punya anak balita (apalagi jika papa mama berkaca mata) juga disarankan untuk bertemu konsul dengan Dr. Rini. Semakin cepat diketahui, semakin baik sehingga bisa ketauan kalau perlu perbaikan atau tindakan preventif. Dengan segala penyesalan dan ketidaktahuan sebelumnya, saya bersyukur banget ketemu Dr. Rini minggu lalu. Makin bersyukur karena pak suami juga ikut dan sama-sama dengerin pengarahan dari Dr. Rini. Semua informasi dan feedback yang sangat padat itu lebih enak didengerin berdua jadi kalo ada yang lupa/missed, bisa saling mengingatkan.
Setelah selesai konsul, saya menuju Kenan Optik (optik rujukan dari Dr. Rini, juga hanya di Bintaro!), untuk memberikan resep mata bocah. Apa yang spesial dari optik ini? Emangnya optik lain ga bisa bikin resep Dr. Rini? (Gitu dong pertanyaan sejuta umat, apalagi yang tinggalnya jauh dari Bintaro kayak saya). Yang spesial dari Pak Kenan (ditangani langsung sama owner optik). cuma dia yang sanggup, mau dan bersedia membantu permintaan Dr. Rini atas setiap pasien ciliknya. Saking detailnya resep Dr. Rini, pak Kenan uda biasa berkomunikasi bolak balik sama Dr. Rini sehingga kita sebagai pengguna kacamata bisa langsung pake dengan nyaman. Bahkan ada garansi, kalo sampe ga nyaman kacamatanya, pakenya ga enak, pusing terus menerus, boleh dibalikin dan refund uangnya.
Jika ada yang komentar, jauh-jauh amat sampe Bintaro. Jawaban saya; if you realise how precious your child’s sight, nothing is too far or too expensive. :)
Yang berminat konsul, silakan kontak langsung ya:
Dr. Rini Mahendrastani Singgih, DSM.
Pediatric Opthalmologist
Klinik Mahendra Indonesia
Jalan Bintaro Utama Blok DD XII No. 7, Bintaro Jaya 3A
Tangerang 15225, Indonesia
Telpon (021) 735 7610
Jatinegara, akhir tahun 2019